Pura Goa Gajah, merupakan salah satu gua bersejarah, yang telah diakui oleh organisasi badan dunia PBB (UNESCO) menjadi salah satu warisan dunia. Tempat suci ini sering disebut dengan nama Candi Gua Gajah, terletak di Banjar Goa, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dengan jarak tempuh sekitar 5 km dari kawasan wisata Ubud.
Pura Hindu Goa Gajah sudah dikenal sejak masa pemerintahan beberapa raja di pulau Bali, diantaranya yaitu:
- Sri Dharmawangsa Wardhana Marakata Pangkajastano Tunggadewa (tahun 1022 Masehi)
- Raja Anak Wungsu (tahun 1053 Masehi)
- Paduka Sri Maha Guru (tahun 1324 Masehi)
Dan nama candi itu sendiri sebenarnya berasal dari kata "Lwa Gajah", yang ditulis oleh "Mpu Prapanca" pada tahun 1365 Masehi berdasarkan kitab "Negara Kertha Gama". Situs purbalaka Pura Goa Gajah dibangun pada abad ke-11, ketika pada saat itu masih diperintah oleh Raja "Sri Bedahulu". Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di era Majapahit menulis bahwa "Lwa Gajah" terletak di desa Bedulu sebagai tempat pertapaan "Sang Bodadyaksa".
Ada juga disebutkan istilah Kunjarakunjapada yang berarti "Asrama Kunjara" dimana dalam bahasa Sansekerta berarti "Gajah". Asrama kunjara adalah asramanya "Rsi Agastya" yang terletak di Mysore (India Selatan), dimana terdapat banyak gajah liar hidup di sekitar asrama tersebut, jadi ada kemungkinan bahwa Goa Gajah dibangun untuk mengingatkan tentang Asrama Kunjarakunjapada di India.
Penemuan awal Goa Gajah dimulai dari laporan Hindia Belanda secara resmi oleh L.C. Heyting pada tahun 1923, yang melaporkan penemuan Arca Ganesha, Patung Tri Lingga, juga Patung Hariti kepada pemerintahan Hindia Belanda.
Kemudian Dr. W.F. Stutterhiem mulai melakukan penelitian lanjutan pada tahun 1925, dan pada tahun 1950 situs Arkeologi Kantor Indonesia melalui bagian dari bangunan kuno di Bali yang dipimpin oleh J.L. Krijgman melakukan penelitian dan penggalian pada tahun 1954 hingga tahun 1979, dan mereka menemukan sebuah kolam air suci kuno dengan enam (6) patung perempuan dilengkapi dengan pancuran dada.
Dan Keberadaan dari patung tersebut sangat diyakini dapat memberikan pembersihan getaran aura bagi pengunjung sampai sekarang.
Ada sebuah bangunan yang menyimpan patung Ratu Brayut atau Dewi Hariti, yang pada awalnya memiliki karakter jahat, tapi setelah mendapat pelajaran agama Buddha akhirnya sifat jahatnya berubah menjadi kasih sayang dan pecinta terhadap anak - anak seperti terlihat pada patung.
Dan disebelah sisi kanan atas dari dinding gua, terdapat tulisan "Kumon" dan "Shy Wangsa" yang ditulis dalam huruf kwadrat Kediri, dan artinya yang masih belum bisa dipastikan dan diketahui oleh sejarawan. Menurut penelitian arkeologi dari bentuk seni patung dan kolam air suci kuno yang ada di Goa Gajah diyakini dan diwariskan dalam abad ke-11 masehi.
Kompleks Kawasan Candi Goa Gajah terdiri dari dua (2) bagian utama, yaitu:
Kompleks Utara Warisan Hindu - Shivaism dan Artefak yang terdapat di kawasan ini, yaitu:
- ARCA GANESHA
- PARACU (kapak): Sebagai simbol untuk menghancurkan semua bahaya (artinya: memerangi kebodohan yang ada di dalam pikiran kita).
- MANGKUK (Semangkuk Air / Permen): dengan belalai menyedot ke dalam mangkuk (artinya: simbol pengetahuan yang harus diperoleh melalui pendidikan, di mana kita harus selalu belajar baik di sekolah maupun di masyarakat untuk masa depan yang lebih baik.
- PATAHAN TARING (fraktur gigi taring): simbol dari sifat keganasan (keraksasaan) yang telah diatasi (kontrol keganasan diri / introspeksi diri).
- AKSAMALA (Rantai Tak Terputus): Simbol pengetahuan yang tak terbatas (walaupun kita merasa pintar tetapi, masih ada banyak hal yang harus kita pelajari ketika kita masih hidup di dunia, karena pada dasarnya bahwa pengetahuan itu tidak akan pernah berakhir).
- PATUNG TRI LINGGA
- PATUNG AIR MANCUR WIDYADARA - WIDYADARI
Filosofi lainnya tentang mata air yang keluar dari patung juga menjadi simbol "Sapta Gangga" atau (7) tujuh Sungai Suci seperti: Sungai Gangga, Sungai Yamuna, Sungai Sindhu, Sungai Saraswati, Sungai Godavari, Sungai Narmada, dan Sungai Serayu.
- ARCA MEN BRAYUT / RATU BRAYUT (Patung Dewi Hariti)
- ARCA BUDDHA (Dhyani Budha)
Kompleks Kawasan Selatan Warisan Buddhism dekat Tukad Petanu / Tukad Pangkung ditemukan oleh Mr. Concrat Spies (th. 1931), Artefak yang terdapat di area ini yaitu:
- TIGA BELAS STUPA BUDHA BERJENJANG (komposisi Catra atau ukiran seperti payung) dan Tiga stupa bercabang yang dipahat pada batu besar:
- KUIL PETAPAN RATU BUDDHA
Kawasan Candi Goa Gajah ini dibangun oleh "Raja Sri Bedahulu" tahun 1365 Masehi, dan Raja ini ditaklukkan oleh Maha Patih Gajah Mada pada tahun 1341 Masehi, serta menjadi kerajaan bawahan Majapahit.
Dalam prasasti tersebut telah dijelaskan bahwa Raja Sri Bedahulu memiliki nama "Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten".
Jadi jelas konsep dasar di kuil Goa Gajah adalah budaya campuran agama Hindu dan agama Budha (Buddism dan Shivaism) adalah bukti arkeologi di Goa gajah yang merupakan refleksi toleransi beragama di masa lalu yang masih dapat kita temukan saat ini di Bali.
Menurut informasi sejarah, peninggalan agama Buddha lebih tua sekitar abad ke-9 masehi sampai abad ke-10 masehi, dan agama hindu abad ke-11 masehi.
Pura Goa Gajah sangat terkenal serta sering dikunjungi oleh para wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara ketika mereka melakukan perjalanan wisata ke Gunung berapi Kintamani Bali.
Sedangkan harga tiket (karcis) masuk akan dikenakan sebesar Rp. 30.000 per orang dan harus di bayar di loket pintu masuk sebelum menuju Obyek Wisata Pura.
Untuk informasi selengkapnya dan cara mudah bagaimana melakukan wisata ke Pura Goa (Gua) Gajah Bedahulu - Gianyar - Bali dan tempat-tempat menarik lainnya untuk setengah hari perjalanan ataupun liburan sehari penuh, kami mohon Anda untuk "HUBUNGI KAMI" Sorga Bali Tours (Paket Terbaik Liburan Wisata Bali).
Dan, kami sangat menghargai setiap pertanyaan yang diberikan, juga kami akan berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk merencanakan liburan Anda, karena kami mengerti betul bahwa kepuasan Anda adalah tujuan kami.
KUALITAS PELAYANAN ADALAH KEBANGGAAN KAMI